Jl. Balaikambang Perumahan Persada Bhayangkara Blok K8, Pagentan, Singosari, Malang

Sejarah Khitan di Berbagai Budaya Dunia

Sebagai salah satu keharusan bagi umat muslim, terutama kaum laki-laki, sunat atau khitan menjadi sesuatu yang begitu sakral sekaligus misterius. Dikatakan sakral karena memang sunat merupakan ritual yang cukup mendebarkan bagi setiap orang, terutama yang menjalankannya. Dikatakan misterius karena memang asal muasal ritual sunat ini banyak yang membuat penasaran. Nah buat kamu yang penasaran dengan asal-muasal sejarah sunat, bisa menyimak informasi dalam artikel berikut ini.

Banyak Versi Tentang Asal Muasal Khitan

Sejarah atau riwayat dari tradisi sunat atau khitan ini memang memiliki banyak versi. Versi pertama, ada yang mengatakan bahwa ritual sunat sudah ada sejak Nabi Adam AS. Mengutip keterangan dari Injil Barnabas, dinyatakan bahwa manusia pertama yang berkhitan adalah Nabi Adam AS. Menurut keterangan dalam kitab tersebut, Nabi Adam melakukan khitan sebagai tanda taubatnya kepada Allah SWT karena dosa-dosa yang telah dilakukannya setelah melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi.

Sebuah catatan kuno dari sejumlah prasasti juga menyebut bahwa praktik sunat ternyata juga dilakukan bangsa Babilonia dan Sumeria Kuno sekitar tahun 3500 SM. Berdasarkan prasasti tersebut, tertulis secara rinci bagaimana bangsa Babilonia dan Sumeria Kuno melakukan praktik berkhitan.

Ritual Sunat Bangsa Mesir Kuno

Versi berikutnya dari asal-muasal khitan datang dari Mesir Kuno. Menurut beberapa sumber dikatakan bahwa ritual sunat ini sudah dimulai di Mesir sejak 2.400 SM. Data ini sendiri didasarkan pada temuan sebuah relief di tanah pemakaman kuno Saqqara yang menggambarkan serangkaian adegan medis, termasuk salah satunya sunat dengan menggunakan pisau. Berdasarkan catatan Ancient Origin, ritual sunat ini wajib dilakukan oleh remaja pria yang akan memasuki usia dewasa di kalangan bangsawan Mesir Kuno.

Bukti lain yang menguatkan adanya ritual sunat di Mesir Kuno adalah prasasti yang tertulis pada makam Raja Mesir yang bernama Tutankhamun. Pada prasasti tersebut tertulis praktik berkhitan di kalangan raja-raja (Firaun). Dalam prasasti itu juga diketahui bahwa para Firaun memakai balsam untuk menghilangkan rasa sakit ketika sebagian kulit kemaluan laki-laki dipotong. Khitan atau sunat ini sendiri dilakukan para raja Mesir Kono dengan tujuan untuk kesehatan.

Tradisi Khitan Pada Kaum Yahudi dan Nasrani

Jika banyak yang mengira praktik khitan ini keharusan umat muslim saja, tentu harus lebih jernih dulu memahaminya. Pasalnya, sejak ratusan tahun lalu orang-orang Yahudi juga mendapatkan kewajiban untuk berkhitan. Sebuah catatan dalam kitab Talmud–tafsir atas Zabur (kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud A), disebutkan bahwa orang yang tidak berkhitan digolongkan pada kaum musyrik yang jahat.

Sementara pada kalangan Nasrani juga menyebut keharusan umatnya untuk berkhitan. Hal ini sendiri termaktub dalam Injil atau Kitab Ulangan yang menyebut perintah berkhitan. “Bersunatlah (khitan) untuk Tuhan; dan buanglah kotoran hatimu wahai orang-orang Yahuza dan penduduk Orsleim!”

Perintah berkhitan pada kaum nasrani juaga disebut dalam Injil Barnabas yang menyebut bahwa Yesus melakukan sunat (khitan) dan memerintahkan para pengikutnya supaya bersunat. Meski kemudian banyak orang Kristen yang tidak melakukannya, teks Injil menyatakan dengan gamblang bahwa berkhitan merupakan suatu hal yang sangat baik.

Khitan Sebelum dan Setelah Rasulullah SAW

Praktik khitan memang paling jelas riwayatnya dalam ajaran agama Islam. Cerita paling fenomenal dari ritual khitan dalam ajaran Islam yang sering didengar adalah kisah Nabi Ibrahim AS. Kisah khitan dari Nabi Ibrahim ini disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA oleh Imam Bukhari, Muslim, Baihaqi, dan Imam Ahmad, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Ibrahim Khalil ar-Rahman berkhitan setelah berumur 80 tahun dengan menggunakan kapak.

Selanjutnya, ajaran berkhitan dari Nabi Ibrahim diikuti oleh para Nabi dan Rasul sesudahnya. Para Nabi dan Rasul setelah Nabi Ibrahim ini mengajarkan praktik khitan tersebut kepada umatnya masing-masing. Dari Nabi Ibrahim inilah muncul tradisi khitan yang turun-menurun hingga ke bangsa Arab jahiliyah. Nabi Ibrahim yang dianggap sebagai leluhur mereka, membuat tradisi khitan terus ada hingga masa Rasulullah SAW.

Sementara pada masa Rasulullah SAW, khitan juga dilakukan pada kedua cucunya, Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, ketika masing-masing baru berusia tujuh hari. Rasulullah SAW sendiri menurut hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dan Ibnu Abdul Bar, telah berkhitan sejak dilahirkan.

Bagi anak Ayah dan Bunda ingin melakukan sunat, maka bisa langsung saja berkunjung ke Rumah Khitan Syafaat, Safubot Malang dan Safubot Surabaya. Lakukan reservasi melalui customer service dengan menyebutkan Dr. Iqbal Margi Syafaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *