Jl. Balaikambang Perumahan Persada Bhayangkara Blok K8, Pagentan, Singosari, Malang

Penanganan Konstipasi (Sembelit), Si Pengganggu Saluran Cerna

Buang air besar adalah tahap terakhir dari proses pencernaan. Di dalam sistem pencernaan manusia, maka sisa makanan yang dikonsumsi akan bergerak melalui usus kecil ke usus besar. Setelah air dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh diserap pada usus besar, maka sisa makanan tersebut akan dikeluarkan melalui anus sebagai tinja. Namun untuk perihal konstipasi masih sering terjadi.

Untuk frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda atau tidak sama. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari sampai dengan 3 kali seminggu. 

Pada penderita konstipasi, tinja akan menjadi kering dan keras sehingga sulit sekali untuk dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi sangat berkurang dari 3 kali dalam seminggu.

Penyebab dan Gejala Konstipasi

Sembelit juga bisa saja terjadi akibat penyumbatan usus besar atau rektum (ujung usus besar)  maupun gangguan pada saraf di sekitar usus besar dan rektum. Selain itu, sembelit juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor pertambahan usia, pola makan rendah serat atau tidak aktif bergerak.

Gejala utama konstipasi antara lain adalah sulit mengeluarkan tinja, frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dan mengalami sakit pada saat mengeluarkan tinja. Konstipasi bisa dikatakan kronis, ketika gejalanya sudah berlangsung selama 3 bulan.

Gejala Konstipasi

Gejala sembelit secara umum, yaitu sulit buang air besar dan frekuensinya kurang dari 3 kali dalam seminggu. Tanda dan gejala sembelit kronis adalah :

  • Mempunyai tinja yang padat atau keras.
  • Mengejan untuk bisa buang air besar.
  • Merasa seolah-olah ada penyumbatan di bagian rektum yang mencegah buang air besar.
  • Merasa seolah-olah tidak bisa sepenuhnya mengosongkan tinja dari rektum.
  • Membutuhkan bantuan untuk mengosongkan rektum. Misalnya menggunakan tangan maupun menekan perut dan menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari rektum.

Dokter akan beranggapan status sembelit sebagai kronis, ketika kamu mengalami dua atau lebih gejala tersebut selama tiga bulan terakhir.

Faktor Risiko Konstipasi

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan resiko terjadinya seseorang mengalami sembelit, seperti

1. Jenis kelamin : Sembelit lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pria, terutama pada masa sebelum menstruasi dan masa kehamilan.

2. Usia : Konstipasi juga lebih sering terjadi pada lansia.

3. Pola makan : Misalnya makan makanan yang rendah akan serat.

4. Kurang aktif secara fisik : Jarang atau tidak sering berolahraga sama sekali.

5. Minum obat-obatan tertentu : Termasuk obat penenang maupun obat untuk tekanan darah tinggi.

6. Kesehatan mental : mempunyai kondisi kesehatan mental, seperti depresi.

Pengobatan dan Pencegahan Sembelit

Sembelit bisa ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya melakukan  perbaikan pola makan dan berolahraga rutin. Namun, apabila upaya tersebut tidak bisa mengatasi konstipasi, maka dokter dapat menyarankan penggunaan obat atau tindakan lain.

Selain sebagai salah satu cara untuk mengatasi perihal konstipasi, merubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga bisa mencegah terjadinya sembelit. Konstipasi juga bisa dicegah dengan cara tidak membiasakan menunda buang air besar.

Mengetahui informasi mengenai kontipasi atau sembelit ini sama pentingnya dengan melakukan sunat pada anak laki-laki. Bagi ayah dan bunda yang sedang mencarikan tempat sunat, maka bisa langsung berkunjung ke Rumah Khitan Syafaat, Safubot Malang dan Safubot Surabaya untuk bertemu dengan Dr.Iqbal Margi Syafaat. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *